Sepasang Sepatu Sport

Menjadi “sama dan serupa” dengan remaja lain merupakan keinginan dari semua remaja. 
Saya ingat benar bagaimana sebagai seorang remaja dalam tahun 1963 saya merasa harus memiliki sepasang sepatu sport mutakhir yang sedang “in”. Persoalannya, bulan lalu saya baru saja membeli sepasang sepatu kulit.

Tapi, sepatu sport benar benar sedang mode, oleh sebab itu saya datang kepada ayah minta bantuannya. “Saya perlu sedikit uang untuk sepatu sport”, ujar saya suatu petang di bengkel di mana ayah saya bekerja sebagai montir. “Willie” ayah kelihatannya terkejut. “Sepatumu baru berumur satu bulan, tapi Mengapa kini kau perlukan sepatu baru?”

“Setiap orang memakai sepatu sport yah!”

“Sangat boleh jadi nak, Namun hal tersebut tidak menjadikan ayah mudah  membayar sepatu sport “Gaji ayah kecil dan sering tidak cukup untuk  memenuhi kebutuhan sehari hari.

“Ayah, saya tampak seperti bloon memakai sepatu jenis ini “kataku sambil menunjuk kepada sepasang sepatu oxford baru.

Ayah memandang dalam dalam ke mataku. Kemudian ia menjawab, “Begini saja, Kau pakai sepatu ini satu hari lagi. Besok, di sekolah, perhatikan semua sepatu dari kawan-kawanmu. Bila seusai sekolah kau masih berkeyakinan bahwa sepatumu paling butut dibandingkan sepatu kawan kawanmu, ayah akan memotong uang belanja ibumu dan membelikanmu sepasang sepatu sports”

Dengan gembira saya pergi ke sekolah, keesokan paginya, penuh keyakinan bahwa hari itu merupakan hari terakhir bagiku mamakai sepatu oxford yang ketinggalan jaman ini. Saya lakukan apa yang ayah perintahkan saya lakukan, namun tidak, saya ceritakan apa yang saya lihat secara teliti. Sepatu coklat, sepatu hitam, sepatu tennis yang sudah kusam, semua menjadi pusat perhatianku.

Pada petang hari, saya memiliki perbendaharaan dalam ingatanku betapa banyaknya teman teman di sekolah yang juga memakai sepatu bukan sport, bahkan sepatu – sepatu rusak, berlobang, menganga dan lain lain bentuk yang sudah mendekati kepunahan sebagai alat pelindung kaki.

Namun banyak juga yang memakai sepatu sport yang gagah, yang senantiasa berdetak detik penuh gaya bila si pemiliknya menghentakkannya dengan gagah perkasa.

Setelah sekolah usai, saya berjalan cepat ke bengkel di mana ayah bekerja. Saya hampir yakin bahwa Senin depan saya juga akan masuk kelompok yang sedang “in”. Setiap saya menghentakkan tumit saya di jalan, saya membayangkan telah memakai sepatu sport idaman saya. Bengkel sepi sekali saat itu. Suara yang terdengar hanya denting-denting metal dari kolong sebuah chevy tua buatan tahun 1956. Udara berbau oli, namun pada hemat penciuman saya, asyik sekali. Hanya seorang langganan sedang menunggu ayah yang sedang bergulat di  kolong chevy tua itu.

“Pak Alva” tanya saya kepada langganan yang sedang menunggu, “masih lamakah?”

“Entah Will. Kau tahu sifat ayahmu. Ia sedang membongkar persneling, namun bila ia mendapatkan adanya bagian lain yang tidak beres, ia akan menyelesaikannya juga.”

Saya bersandar pada mobil abu abu itu. Apa yang bisa saya lihat hanyalah sepasang kaki ayah yang menjulur keluar dari kolong mobil. Sambil menjentik jentik lampu belakang chevy, secara tidak sadar saya menatap kepada kaki ayah. Celana kerjanya berwarna biru tua, kusam dan lengket terkena oli, lusuh pula. Sepatunya, berwarna putih tua…. ah ….bukan hitam muda……, dan sungguh sungguh butut, sebagaimana mestinya sepatu seorang montir.

Sepatu kirinya sudah tidak bersol, dan bagian kanan masih memiliki sepotong kecil kulit tipis, yang dahulu bernama sol. Di ujungnya, sebaris staples menggigit kedua belah kulit kencang kencang, mencegah jempol kakinya mengintip keluar. Tali sepatunya beriap riap, dan sebuah lubang memperlihatkan sebagian dari jari kelingkingnya yang terbalut kaus katun.

“Sudah pulang nak? “ayah keluar dari kolong mobil.  

“Yes sir” kataku.

 ‘Kau lakukan apa yang kuperintahkan hari ini?”

 “Yes sir”

 “Nah, apa jawabmu ?” la memandangku, seolah olah tahu apa yang akan saya ucapkan.

“Saya tetap ingin sepatu sport ” Saya berkata tegas, dan berusaha setengah mati untuk tidak memandang kepada sepatu ayah. “Kalau begitu, ayah harus potong uang belanja ibumu….. “Mengapa tidak pergi dan membelinya sekarang?” lalu ayah mengeluarkan selembar $ 10. dan memancing uang receh untuk mencari 30 sen guna membayar  3% pajak penjualannya.

Saya menerima uang itu dan segera berangkat ke pusat pertokoan, dua blok dari bengkel di mana ayah bekerja.

Di depan sebuah etalase, saya berhenti untuk melihat apakah sepatu sportku masih dipajang disana. Ternyata masih! $9.95. Namun uang saya tidak akan cukup bila saya harus membeli paku paku yang akan dipakukan pada solnya dan menimbulkan suara klak klik yang gagah.

Saya pikir, untuk lari ke rumah dan minta bantuan dana dari mama, sebab tidak mungkin kembali kepada ayah dan minta kekurangannya.

Pada saat saya teringat kepada ayah, sepatu tuanya tampak membayang melintasi kedua mataku.
Jelas tampak kebututannya, sisinya yang compang camping, paku paku yang telah mengintip keluar dan sebaris staples yang umumnya dipakai untuk menjepit kertas. Sepatu kulit usang yang dipakainya untuk menghidupi keluarganya. Pada waktu musim dingin yang menggigit, sepatu yang sama dipakainya melintasi jalan jalan yang dingin, menuju kepada mobil mobil yang mogok.

Namun ayah tidak pernah mengeluh. Terpikir olehku, betapa banyaknya benda benda yang seharusnya dibutuhkan ayah, namun tidak dimilikinya, semata mata agar saya mendapatkan apa yang saya ingini. Dan kementerengan sepatu sport yang ada di balik kaca etelase di hadapanku mulai memudar.

Apa jadinya bila ayah bersikap sepertiku. Sepatu jenis apa yang saat ini kupakai, bila ayahku bersikap seperti saya bersikap. Saya masuk ke dalam toko sepatu itu. Sebuah rak besar terpampang megah, penuh berisikan sepatu sport yang sungguh keren. Di sampingnya, terdapat sebuah rak lain, dengan sebingkai tulisan “obral besar. 50% discount”. Dibawah bingkai itu tergeletak sepatu sepatu semodel sepatu ayah, beberapa generasi lebih muda, tentunya.

Otakku bermain ping pong. Mula mula sepatu ayah yang butut. Dan sekarang sepatu baru. Pikiran tentang: menjadi “in” dan seirama dengan remaja lain di sekolah.

Dan kemudian pikiran tentang ayah,…. telah mengalahkannya.

Saya mengambil sepatu ukuran 42 dari rak yang berdiscount. Dengan segera berjalan ke arah meja kasir, ditambah pajak, jadilah bilangan $ 6.13.

Saya kembali ke bengkel dan meletakkan sepatu baru ayah di atas kursi di mobilnya. Saya mendapatkan ayah dan mengembalikan uang kembalian yang masih tersisa.

“Saya pikir harganya $ 9.95” kata ayah.

“Obral” kataku pendek.

Saya mengambil sapu, dan mulai membantu ayah membersihkan bengkel. Pukul lima sore, ia memberi tanda bahwa bengkel harus ditutup dan kami harus pulang.

Ayah mengangkat kotak sepatu ketika kami masuk ke dalam mobilnya. Ketika ia membuka kotak itu, ia hanya dapat memandang tanpa mengucapkan sepatah katapun. Ia memandang kepada sepatu itu lama-lama, kemudian kepadaku. “Saya pikir kau membeli sepatu sport”, katanya pelan.

“Sebetulnya ayah, … tapi …. Saya tak sanggup meneruskannya. Bagaimana saya harus menjelaskannya bahwa saya sungguh ingin menjadi seperti ayah? Dan bila saya tumbuh menjadi dewasa, saya sungguh ingin menjadi seperti orang baik ini, yang Tuhan berikan kepada saya sebagai ayah saya.

Ayah meletakkan tangannya pada bahu saya, dan kami saling memandang untuk waktu sesaat.
Tidak ada kata kata yang perlu dikatakan. Ayah menstarter mobil, dan kami pulang.

Terima kasih Tuhan, karena engkau telah memberiku seorang ayah yang baik dan bertanggung jawab………….

–Karwell-Group–

Abortion

Dear Mommy,

I am in Heaven now, sitting on God’s lap. He loves me and cries with me, for my heart has been broken. I so wanted to be your little girl.

I don’t quite understand what has happened. I was so excited when I began realizing my existence. I was in a dark, yet comfortable place. I saw I had fingers and toes. Was pretty far along in my developing, yet not near ready to leave my surroundings. I spent most of my time thinking or sleeping, even from my earliest days, I felt a special bonding between you and me.

Sometimes I heard you crying and I cried with you. Sometimes you would yell or scream, then cry. I heard Daddy yelling back. I was sad, and hoped you would be better soon. I wondered why you cried so much.

One day you cried almost all of the day. I hurt for you. I couldn’t imagine why you were so unhappy. That same day, the most horrible thing happened.

A very mean monster came into that warm, comfortable place I was in. I was so scared, I began screaming, but you never once tried to help me.. Maybe you never heard me.

The monster got closer and closer as I was. Screaming and screaming, Mommy, Mommy, help me please; Mommy,help me.”

Complete terror is all I felt. I screamed and screamed until I thought I couldn’t anymore. Then the monster started ripping my arm off. It hurt so bad; the pain I can never explain. It didn’t stop. Oh, how I begged it to stop. I screamed in horror as it ripped my leg off. Though I was in such complete pain, I was dying. I knew I would never see your face or hear you say how much you love me. I wanted to make all your tears go away.

I had so many plans to make you happy. I couldn’t; all my dreams were shattered. Though I was in utter pain and horror, I felt the pain of my heart breaking, above all. I wanted more than anything to be your daughter.

No use now, for I was dying a painful death. I could only imagine the terrible things that they had done to you. I wanted to tell you that I love you before I was gone, but I didn’t know the words you could understand. And soon, I no longer had the breath to say them; I was dead. I felt myself rising, to a beautiful place. I was still crying, but the physical pain was gone.

The angel took me to God and set me on His lap. He said He loved me, and He was my Father. Then I was happy. I asked Him what the thing was that killed me. He answered, Abortion. I am sorry, my child; for I know how it feels.

“I don’t know what abortion is; I guess that’s the name of the monster. I’m writing to say that I love you and to tell you how much I wanted to be your little girl. I tried very hard to live. I wanted to live..

I had the will, but I couldn’t; the monster was too powerful. It sucked my arm and legs off and finally got all of me. It was impossible to live..

I just wanted you to know I tried to stay with you. I didn’t want to die. Also, Mommy, please watch out for that abortion monster. Mommy, I love you and I would hate for you to go through the kind of pain I did.

Please be careful.

Love, Your Baby Girl..

In the Eye of the Storm

Pernah ada seorang tua yang hidup di desa kecil. Meskipun ia miskin, semua orang cemburu kepadanya karena ia memiliki kuda putih cantik. Bahkan raja menginginkan hartanya itu. Kuda seperti itu belum pernah di lihat-begitu kemegahannya, keagungannya dan kekuatannya.

Orang menawarkan harga amat tinggi untuk kuda jantan itu, tetapi orang tua itu selalu menolak, “Kuda ini bukan kuda bagi saya,” ia akan mengatakan. “Ia adalah seperti seseorang. Bagaimana kita dapat menjual seseorang. Ia adalah sahabat bukan milik. Bagaimana kita dapat menjual seorang sahabat.” Orang itu miskin dan godaan besar. Tetapi ia tidak menjual kuda itu.

Suatu pagi ia menemukan bahwa kuda itu tidak ada di kandangnya. Seluruh desa datang menemuinya. “Orang tua bodoh,” mereka mengejek dia, “sudah kami katakan bahwa seseorang akan mencuri kudamu. Kami peringatkanmu bahwa kamu akan di rampok. Anda begitu miskin. Mana mungkin anda dapat melindungi binatang yang begitu berharga? Sebaiknya anda sudah menjualnya. Anda boleh minta harga apa saja. Harga setinggi apapun akan di bayar juga. Sekarang kuda itu hilang dan anda dikutuk oleh kemalangan.

Orang tua itu menjawab, “Jangan bicara terlalu cepat. Katakan saja bahwa kuda itu tidak berada di kandangnya. Itu saja yang kita tahu; selebihnya adalah penilaian. Apakah saya di kutuk atau tidak, bagaimana Anda dapat ketahui itu? Bagaimana Anda dapat menghakimi?”

Orang protes, “Jangan menggambarkan kita sebagai orang bodoh! Mungkin kita bukan ahli filsafat, tetapi filsafat hebat tidak di perlukan. Fakta sederhana bahwa kudamu hilang adalah kutukan.”

Orang tua itu berbicara lagi. “Yang saya tahu hanyalah bahwa kandang itu kosong dan kuda itu pergi. Selebihnya saya tidak tahu. Apakah itu kutukan atau berkat, saya tidak dapat katakan. Yang dapat kita lihat hanyalah sepotong saja. Siapa tahu apa yang akan terjadi nanti?”

Orang-orang desa tertawa. Menurut mereka orang itu gila. Mereka memang selalu menganggap dia orang tolol; kalau tidak, ia akan menjual kuda itu dan hidup dari uang yang diterimanya. Sebaliknya, ia seorang tukang potong kayu miskin, orang tua yang memotong kayu bakar dan menariknya keluar hutan lalu menjualnya. Uang yang ia terima hanya cukup untuk membeli makanan, tidak lebih. Hidupnya sengsara sekali. Sekarang ia sudah membuktikan bahwa ia betul-betul tolol.

Sesudah lima belas hari, kuda itu kembali. Ia tidak di curi, ia lari ke dalam hutan. Ia tidak hanya kembali, ia juga membawa sekitar selusin kuda liar bersamanya. Sekali lagi penduduk desa berkumpul sekeliling tukang potong kayu itu dan mengatakan, “Orang tua, kamu benar dan kami salah. Yang kami anggap kutukan sebenarnya berkat. Maafkan kami.”

Jawab orang itu, “Sekali lagi kalian bertindak gegabah. Katakan saja bahwa kuda itu sudah balik. Katakan saja bahwa selusin kuda balik bersama dia, tetapi jangan menilai. Bagaimana kalian tahu bahwa ini adalah berkat? Anda hanya melihat sepotong saja. Kecuali kalau kalian sudah mengetahui seluruh cerita, bagaimana anda dapat menilai? Kalian hanya membaca satu halaman dari sebuah buku. Dapatkah kalian menilai seluruh buku? Kalian hanya membaca satu kata dari sebuah ungkapan. Apakah kalian dapat mengerti seluruh ungkapan?

Hidup ini begitu luas, namun Anda menilai seluruh hidup berdasarkan satu halaman atau satu kata. Yang anda tahu hanyalah sepotong! Jangan katakan itu adalah berkat. Tidak ada yang tahu. Saya sudah puas dengan apa yang saya tahu. Saya tidak terganggu karena apa yang saya tidak tahu.”

“Barangkali orang tua itu benar,” mereka berkata satu kepada yang lain. Jadi mereka tidak banyak berkata-kata. Tetapi di dalam hati mereka tahu ia salah. Mereka tahu itu adalah berkat. Dua belas kuda liar pulang bersama satu kuda. Dengan kerja sedikit, binatang itu dapat dijinakkan dan dilatih, kemudian dijual untuk banyak uang.

Orang tua itu mempunyai seorang anak laki-laki. Anak muda itu mulai menjinakkan kuda-kuda liar itu. Setelah beberapa hari, ia terjatuh dari salah satu kuda dan kedua kakinya patah. Sekali lagi orang desa berkumpul sekitar orang tua itu dan menilai. “Kamu benar,” kata mereka, “Kamu sudah buktikan bahwa kamu benar. Selusin kuda itu bukan berkat. Mereka adalah kutukan. Satu-satunya puteramu patah kedua kakinya dan sekarang dalam usia tuamu kamu tidak ada siapa-siapa untuk membantumu. Sekarang kamu lebih miskin lagi.

Orand tua itu berbicara lagi. “Ya, kalian kesetanan dengan pikiran untuk menilai, menghakimi. Jangan keterlaluan. Katakan saja bahwa anak saya patah kaki. Siapa tahu itu berkat atau kutukan? Tidak ada yang tahu. Kita hanya mempunyai sepotong cerita. Hidup ini datang sepotong-sepotong.”

Maka terjadilah 2 minggu kemudian negeri itu berperang dengan negeri tetangga. Semua anak muda di desa diminta untuk menjadi tentara. Hanya anak si orang tua tidak diminta karena ia terluka. Sekali lagi orang berkumpul sekitar orang tua itu sambil menangis dan berteriak karena anak-anak mereka sudah dipanggil untuk bertempur. Sedikit sekali kemungkinan mereka akan kembali. Musuh sangat kuat dan perang itu akan di menangkan musuh. Mereka tidak akan melihat anak-anak mereka kembali .

“Kamu benar, orang tua,” mereka menangis “Tuhan tahu kamu benar. Ini membuktikannya. Kecelakaan anakmu merupakan berkat. Kakinya patah, tetapi paling tidak ia ada bersamamu. Anak-anak kami pergi untuk selama-lamanya”.

Orang tua itu berbicara lagi, “Tidak mungkin untuk berbicara dengan kalian. Kalian selalu menarik kesimpulan. Tidak ada yang tahu. Katakan hanya ini: anak-anak kalian harus pergi berperang, dan anak saya tidak. Tidak ada yang tahu apakah itu berkat atau kutukan. Tidak ada yang cukup bijaksana untuk mengetahui. Hanya Allah yang tahu Orang tua itu benar. kita hanya tahu sepotong dari seluruh kejadian. Kecelakaan-kecelakaan dan kengerian hidup ini hanya merupakan satu halaman dari buku besar. Kita jangan terlalu cepat menarik kesimpulan. Kita harus simpan dulu penilaian kita dari badai-badai kehidupan sampai kita ketahui seluruh cerita.

Saya tidak tahu dari mana si tukang kayu belajar menjaga kesabarannya. Mungkin dari tukang kayu lain di Galelia. Sebab tukang kayu itulah yang paling baik mengungkapkannya: “Janganlah kamu kuatir akan hari esok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. ” Ia yang paling tahu. Ia menulis cerita kita. Dan Ia sudah menulis bab terakhir.

Disadur dari : Chapter 15: In The Eye of The Storm – Max Lucado

Doa Seekor Anjing dalam Penampungan (Liung’s Free Translation)

Shelter-Pet-Blog-PicJudul asli : “A Shelter Dog Asks God”

Penulis asli : Joan C. Fremo

Tuhan,

Apakah “Waktu” itu?

Aku mendengarnya dari nada sedih teman2 pekerja di sini. Mereka berkata waktuku sudah habis, karena mereka harus menyediakan satu tempat untuk anjing lain.

Waktuku sudah habis.

Aku tidak tahu apa artinya, Tuhan. Yang aku tahu, teman2ku sangat sedih, dan semakin kencang aku menggoyangkan ekorku – semakin keras aku berusaha menghibur mereka – mereka semakin sedih.

Aku pernah mendengar kata “waktu” sebelumnya, tapi aku tidak mengerti.

Ketika aku masih kecil, keluarga (manusia)ku akan berkata “Waktunya bermain!”. Mereka akan melemparkan bola, dan berlari-larian. Kadang aku menangkapnya dan mengembalikannya kepada mereka, di waktu lain kami hanya saling mengejar dan bergembira.

Aku ingat kata “waktunya makan”. Keluargaku akan meletakkan semangkuk makanan, dan aku akan menikmatinya, sambil menggoyangkan ekorku dengan senang.

Juga ada kata “waktunya berjalan-jalan”. Majikanku akan memasangkan tali penuntun, dan kami akan berjalan bersama, mengunjungi tetangga dan menikmati kebersamaan.

Ketika aku masih kecil, aku pikir “waktu” berarti gembira. Atau mungkin sayang?

Aku tidak mengerti. Sepertinya “waktu” mempunyai arti lain, tapi bagaimana bisa arti kata itu berubah-ubah, Tuhan?

Sebelum aku tinggal di sini, aku mendengar keluargaku berkata, “Sekarang tidak ada waktu untuk memberimu makan. Nanti ya, saat aku pulang.” Kadang keluargaku lupa, dan tidak ada makanan di mangkuk makananku.

Apakah “waktu” berarti perutku lapar?

Keluargaku berkata “Tidak ada waktu untuk berjalan-jalan.” Aku mencoba untuk menahannya sepanjang hari – tapi Tuhan, aku tidak kuat lagi. Dan ketika akhirnya aku terpaksa melakukannya, keluargaku marah sekali.

Apakah “waktu” berarti kemarahan?

Atau mungkin kesepian? Keluargaku berkata mereka tidak punya “waktu”. Mereka tidak punya waktu untuk bermain, atau waktu untuk membawaku ke dokter, atau waktu untuk berjalan-jalan. Mereka tidak punya “waktu”, jadi aku ditempatkan di sini. Mungkin aku benar.. Mereka tidak punya waktu, dan jika “waktu” berarti “sayang”, bagaimana mereka bisa kehilangan hal itu?

Apakah aku melakukan kesalahan?

Tuhan, aku pikir teman2 baruku di sini akan mengirimkan aku kepadaMu. Apakah Tuhan punya “waktu”? Bolehkah aku duduk di sofa milikmu? Apakah aku anjing yang baik, Tuhan?

Apakah sudah waktunya?

Malam yang Menyeramkan (Liung’s Free Translation)

Diterjemahkan dari cerita berjudul A Night of Terror, dari buku A Night of Terror and Other Strange Tales publikasi dari Oxford Progressive English Readers.

Pengarang: Guy de Maupassant

Berhubung Anda memintaku bercerita mengenai beberapa pengalamanku mengenai sungai, aku akan menceritakan sebuah hal aneh yang terjadi padaku sekitar sepuluh tahun yang lalu.

Suatu sore saat aku pulang, tubuh agak lelah, dan mengayuh dengan susah payah di atas perahuku yang berat, perahu sepanjang dua belas kaki yang biasa kupakai di malam hari. Aku berhenti sebentar untuk mengatur napas. Cuaca sangat indah. Bulan bersinar terang. Permukaan sungai tampak berkilat di bawah sinar bulan, udara terasa tenang dan sejuk. Pemandangan damai ini menggodaku. Aku berpikir dalam hati pasti akan menyenangkan kalau aku berhenti dan menghisap sebatang pipa tembakau. Tanpa ragu-ragu aku mengambil sauh dan melemparkannya ke sisi perahu.

Perahuku, yang terseret oleh arus, menarik rantai sauh sampai pada ujungnya, lalu berhenti. Aku duduk di atas kulit domba dan mengambil posisi senyaman mungkin. Tidak ada suara yang terdengar, sedikit pun – kecuali terkadang aku dapat mendengar suara air menghempas tepi sungai. Aku dapat melihat rumput yang tinggi di tepi sungai, menghasilkan bentuk aneh dan bergoyang dengan sangat perlahan.

Suasana sungai sangat tenang, namun aku merasa terganggu oleh keheningan luar biasa di sekelilingku. Bahkan katak-katak, makhluk yang biasanya memainkan musik di malam hari, tidak bersuara. Lalu, tiba-tiba, di sebelah kananku, seekor katak bersuara. Suaranya membuatku terlompat. Dia tidak bersuara lagi. Aku tidak mendengar apapun, jadi aku memutuskan untuk sedikit merokok, hanya untuk sekedar melakukan sesuatu.

Tapi, kau tahu, walaupun aku telah menghisap pipa bertahun-tahun, aku tidak bisa melakukannya. Setelah beberapa saat aku merasa mual, dan aku berhenti merokok. Aku mulai bernyanyi sendiri, tapi entah bagaimana suaraku sendiri menggangguku, jadi aku berbaring di dasar perahu dan melihat ke angkasa.

Aku mulai merasa takut

Untuk sementara aku merasa tenang, tapi segera aku merasa takut oleh goyangan perahu dari sisi ke sisi. Aku merasa seakan-akan diayun dengan kuat sepanjang sungai, awalnya menyentuh salah satu tepi, lalu diayun lagi ke sisi yang lain. Kemudian aku merasa sebuah makhluk atau kekuatan, yang tidak dapat kulihat, dengan perlahan menarik perahuku ke dasar sungai, lalu mengangkatnya dan menjatuhkannya lagi. Aku membayangkan berada di tengah-tengah badai, dan aku dapat mendengar suara-suara aneh di sekelilingku. Aku melompat berdiri. Air sungai berkilat di bawah sinar bulan, dan semuanya terasa tenang.

Aku tersadar kalau aku terlalu hanyut dalam ketakutan, dan aku putuskan sudah waktunya melanjutkan perjalanan. Aku menarik rantai perahu. Perahuku mulai tertarikmau, dan kemudian aku merasakan sesuatu tersangkut. Aku menarik lebih keras, tapi sauh itu tidak bergerak. Dia tersangkut di dasar sungai dan aku tidak bisa menariknya. Aku mulai menarik lagi dengan keras, tapi percuma saja.

Lalu, dengan menggunakan dayung, aku memutar arah perahu dan mengubah posisi sauh. Sama saja. Dia tertahan dengan kokoh. Aku kehilangan emosi dan mengguncang rantai sauh dengan penuh amarah, tapi sauh itu tidak bergerak sedikitpun.

Sangat kecewa, aku duduk dan mulai memikirkan kesulitan yang kuhadapi. Aku tidak mungkin mematahkan rantai atau mencopotnya dari perahu. Rantainya terlalu besar dan terpaku pada kayu yang lebih tebal daripada lenganku. Tapi karena cuacanya masih sangat baik, kupikir tidak akan lama lagi seorang nelayan akan datang menyelamatkanku.

Mengetahui hal ini menenangkanku. Pada akhirnya aku bisa menghisap pipaku. Aku membawa sebotol minuman keras. Aku meminumnya dua tiga gelas, dan mulai menertawakan situasi ini. Cuaca sangat tenang, jadi bila perlu pun aku bisa tinggal semalaman di udara terbuka tanpa celaka.

Tiba-tiba ada suara ketukan di sisi perahu. Aku terlompat, dan keringat dingin keluar dari seluruh tubuhku. Suara itu mungkin disebabkan oleh sepotong kayu yang terbawa arus, tapi cukup untuk membuatku terganggu. Sekali lagi aku merasa diselimuti kegelisahan yang aneh. Aku meraih rantai sauh dan menariknya ke atas sekuat tenaga sebagai usaha yang terakhir dalam keputusasaan. Sauh tersebut tertahan dengan kokoh. Aku duduk kembali, kelelahan.

Kabut

Sementara itu sungai tersebut berangsur-angsur mulai ditutupi kabut putih, yang tebal, yang dengan perlahan menyelimuti permukaan air. Ketika aku berdiri aku tidak dapat melihat lagi baik sungai maupun kakiku sendiri, atau pun perahuku. Ini seperti aku sedang terkubur oleh kain wol putih sampai ke pinggang. Aku mulai memikirkan segala hal-hal aneh. Aku membayangkan seseorang sedang berusaha naik ke dalam perahu, di mana tidak dapat kulihat apa pun di bawahku, dan sungai yang tersembunyi di dalam kabut tebal ini, penuh dengan makhluk-makhluk misterius yang berenang di sekelilingku.

Aku mengalami perasaan buruk, seperti mau pingsan. Jantungku berdegup begitu keras yang membuatku sulit bernapas. Aku benar-benar berpikir ingin melompat ke sungai dan berenang mencari tempat aman. Kemudian, tiba-tiba, ide ini membuatku gemetar ketakutan. Aku membayangkan diriku tersesat di kabut tebal ini, berjuang di antara rerumputan air, benapas dengan susah payah, tidak mampu melihat tepi sungai, tidak mampu untuk mencapai perahuku sendiri. Aku seperti merasa kakiku terseret ke kedalaman air yang hitam.

Bahkan, aku harus berenang melawan arus paling sedikit lima ratus yard sebelum menemukan bagian yang bebas dari rerumputan air, di mana aku bisa menjejakkan kakiku. Aku memiliki 90 persen kemungkinan kehilangan arah di dalam kabut dan tenggelam, walaupun aku sangat mahir berenang.

Ketakutanku, yang sulit untuk dijelaskan, masih terus bertambah dan sekarang menjadi kengerian yang nyata. Aku berdiri di sana tanpa bergerak, dengan mataku terbuka lebar dan telingaku mendengarkan suara sekecil apapun. Aku pikir kalau seekor ikan tiba-tiba melompat ke atas air, seperti yang biasanya sering dilakukan, itu sudah cukup untuk bisa membuatku jatuh dengan wajahku, tak sadarkan diri.

Bagaimanapun juga, aku mencoba untuk mengendalikan diri. Aku berhasil membawa pikiranku normal kembali. Sekali lagi aku mengambil botol minuman keras dan meminumnya dengan lahap. Lalu aku mempunyai ide. Aku mulai berteriak sekeras-kerasnya, ke arah utara, selatan, timur, dan barat. Ketika tenggorokanku terasa sakit sampai tidak bisa berteriak lagi, aku berdiri dan mendengarkan. Yang dapat kudengar hanyalah lolongan anjing dari kejauhan.

Aku minum lagi, lalu aku berbaring, meregangkan tubuhku di sepanjang dasar perahu. Aku berdiam seperti ini sekitar satu jam – mungkin dua jam – tanpa tertidur, dengan mata terbuka lebar. Aku tidak berani bangun betapapun aku ingin melakukannya. Tiap menit aku menundanya, berbicara pada diriku sendiri, ‘Ayo, bangun!’ Tapi aku terlalu khawatir, seakan-akan hidupku tergantung pada suara sekecil apapun yang dapat kusebabkan. Aku melihat ke sisi perahu.

Pemandangan dari negeri dongeng

Aku melihat pemandangan yang paling indah, yang paling menakjubkan yang dapat dibayangkan. Kelihatannya seperti pemandangan dari negeri dongeng, yang pernah diceritakan oleh pelancong-pelancong dari negeri yang jauh, di mana kita mendengarkan mereka tapi tidak benar-benar percaya.

Kabut itu, yang sudah dua jam menyelimuti permukaan air, berangsur-angsur terangkat dan menyebar ke tepian. Setelah kabut hilang sepenuhnya, tampak di setiap sisi, bukit yang berjejer, berkilau di bawah sinar bulan dengan kerlapan salju yang indah. Di atas terlihat cemerlang bulan purnama di antara langit biru.

Sekarang segala makhluk di tepi sungai mulai hidup dan katak-katak bersuara dengan keras. Secara aneh aku tidak lagi merasa takut. Aku dikelilingi pemandangan luar biasa di mana kejadian yang paling aneh pun tidak akan mengejutkanku sama sekali.

Aku tidak tahu berapa lama hal ini berlangsung karena aku tertidur. Ketika aku membuka mata lagi, bulan sudah turun dan langit dipenuhi awan. Air berpercikan membentur perahu. Angin berhembus. Udara terasa dingin dan benar-benar gelap.

Aku menghirup sisa minumanku, lalu, saat aku duduk dengan menggigil, aku mendengar suara aneh yang disebabkan oleh arus air. Aku tidak dapat melihat perahuku, bahkan tanganku saat aku meletakkannya di depan mataku.

Akhirnya bantuan tiba

Perlahan-lahan, kegelapan berkurang. Tiba-tiba aku merasa ada sesuatu benda gelap bergerak, cukup dekat denganku. Aku berseru, dan terdengar balasan. Suara nelayan. Aku memanggilnya dan dia mendayung mendekatiku. Aku menceritakan kemalanganku. Dia membawa perahunya ke sisi perahuku, dan bersama-sama kami menarik rantai sauh perahuku. Sauh tersebut masih tidak bergerak.

Fajar menyingsing. Hari itu mendung, basah, dingin, hari di mana engkau merasa yakin akan mendapatkan kesedihan dan kemalangan. Aku melihat perahu lain, dan kami berseru padanya. Pria yang ada di dalamnya mendekat dan menolong kami. Akhirnya, sedikit demi sedikit, sauh tersebut mulai bergerak. Benda itu naik sangat perlahan, dan jelas-jelas membawa sesuatu yang berat. Akhirnya kami melihat suatu onggokan hitam besar keluar dari dalam air, dan kami menyeretnya ke dalam perahuku.

Benda itu adalah jasad seorang wanita tua, dengan batu besar terikat di sekeliling lehernya.

Mengapa Engkau Melakukannya (Free Translation by Liung’s)

Original Titile: How Could You (Author: Jim Willis – http://www.crean.com/jimwillis)

Original version: http://www.crean.com/jimwillis/hcy.html

Image

Ketika aku masih seekor anak anjing, aku menghiburmu dengan tingkah polahku yang menggemaskan, membuatmu tertawa. Engkau menyebutku sebagai “anak”-mu dan tidak peduli seberapa banyak sandal dan sepatu dan bantal yang kuhancurkan dengan gigitanku, aku menjadi “teman sejati”-mu. Ketika aku berbuat nakal, engkau menggelengkan jarimu dan berkata “Mengapa kamu melakukannya?” – tapi kemudian engkau melunak dan menggulingkan aku lalu menggosok perutku.

ImageMasa adaptasiku di dalam rumah memakan waktu lebih lama dari yang diharapkan, karena engkau sangat sibuk, tapi kita terus melakukannya bersama-sama. Aku ingat di malam-malam saat aku menyelinap ke atas kasur tidurmu, mendengarkan dan memperhatikanmu saat engkau tidur dan bermimpi, dan aku percaya betapa hidup tidak akan lebih sempurna daripada saat itu. Kita berjalan bersama, berlari di taman, berkendara bersama saat engkau mengendarai mobilmu, bersantai dan memakan es krim (tentu saja aku hanya mendapatkan cone-nya karena “es krim tidak baik bagi anjing”, katamu), dan aku dengan sabar menunggumu pulang dari pagi hingga sore hari.

ImageSedikit demi sedikit, engkau mulai menghabiskan waktumu lebih banyak untuk bekerja demi karirmu, juga lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman-temanmu, mencari pasangan hidupmu. Aku menunggumu dengan sabar, menghiburmu saat engkau kecewa dan patah hati, tidak pernah membantahmu saat membuat keputusan-keputusan buruk, dan menyambutmu dengan sukacita saat engkau pulang, dan saat engkau sedang jatuh cinta.

ImageDia, yang saat ini menjadi istrimu, bukanlah “penyayang anjing” – tapi aku tetap menyambutnya saat dia bergabung, mencoba untuk menunjukkan kasih sayangku, dan mentaatinya. Aku bahagia karena engkau bahagia. Kemudian seorang bayi mungil hadir dan aku juga merasakan kegembiraanmu. Aku terkagum dengan kulitnya yang kemerah-merahan, aroma tubuh mereka, dan aku juga ingin mengasuh mereka juga. Tapi engkau dan istrimu khawatir aku menyakiti mereka, dan akhirnya aku menghabiskan hari-hariku terasing di ruangan lain, atau di dalam kandang. Oh, betapa aku ingin mencintai mereka, tapi aku hanyalah seorang “tawanan cinta”.

ImageKetika mereka mulai tumbuh besar, aku menjadi teman mereka. Mereka berpegangan pada buluku dan mencoba berjalan dengan terhuyung-huyung, menyodokkan jari mereka di mataku, memainkan telingaku dan mencium hidungku. Aku mencintai segalanya tentang mereka, terutama sentuhan mereka – karena sentuhanmu sangat jarang saat ini – dan aku akan mempertahankan mereka dengan nyawaku bila diperlukan.

ImageAku akan menyelinap ke tempat tidur mereka dan mendengarkan nafas mereka saat mereka bermimpi. Bersama-sama kami menunggu suara mobilmu saat engkau pulang. Ada saat di mana ketika orang lain bertanya apakah engkau memelihara anjing, engkau menunjukkan fotoku dari dompetmu dan menceritakan tentangku kepada mereka. Beberapa tahun belakangan, engkau hanya menjawab “ya” dan mengganti topik pembicaraan. Aku telah berubah status dari “anjingmu” menjadi hanya “seekor anjing”, dan engkau mulai mengeluhkan pengeluaran-pengeluaran yang disebabkan olehku.

Sekarang engkau mendapatkan pekerjaan baru di kota lain dan engkau dan keluargamu akan pindah ke apartemen yang tidak mengijinkan adanya peliharaan. Engkau membuat keputusan yang benar untuk “keluarga”-mu, tapi ada saat di mana aku adalah “keluargamu satu-satunya”.

ImageAku gembira saat engkau mengajakku berkendara dengan mobilmu, sampai saat kita tiba di sebuah penampungan binatang. Aku mencium aroma anjing, kucing, ketakutan, keputusasaan. Engkau mengisi formulir dan berkata “Aku tahu kalian akan mendapatkan majikan dan rumah baru baginya.” Mereka mengangkat bahu dan menatapmu dengan pandangan pedih. Seakan mereka sudah tahu kenyataan yang akan terjadi pada anjing atau kucing “tua”, walaupun dilengkapi surat-surat.

ImageEngkau harus memaksa anakmu untuk melepaskan tali leherku saat dia berteriak “Jangan Ayah! Jangan biarkan mereka mengambil anjingku!” Dan aku khawatir padanya dan pelajaran yang sedang kau ajarkan kepadanya mengenai persahabatan dan kesetiaan, tentang cinta kasih dan tanggungjawab, dan tentang menghargai kehidupan. Engkau memberikanku “tepukan” selamat tinggal di kepalaku, menghindari tatapanku, dan melepaskan tali kekangku dari tanganmu. Engkau memiliki waktu yang terbatas dan sekarang aku juga memiliki batas waktuku sendiri.

ImageSetelah engkau pergi, kedua wanita tadi berkata engkau seharusnya mengetahui akan hal ini beberapa bulan yang lalu tapi tidak melakukan apa-apa untuk mencarikan aku majikan dan rumah baru. Mereka menggelengkan kepala dan bertanya “Mengapa engkau melakukannya?”

 

ImageMereka sangat perhatian kepada kami di penampungan, karena memang itu tugas mereka. Dan mereka memberi kami makan, tentu saja, tapi aku sudah kehilangan nafsu makan beberapa hari yang lalu. Awalnya, ketika seseorang lewat di depan kandangku, aku memburu ke depan, berharap itu adalah engkau – bahwa engkau berubah pikiran – bahwa ini semua hanyalah mimpi buruk… atau aku berharap itu adalah seseorang yang peduli, siapa pun yang mungkin menyelamatkanku. Ketika aku menyadari kalau aku tidak dapat bersaing dengan tingkah lucu dari anak-anak anjing yang masih senang bermain, yang tidak memperdulikan akan nasib mereka saat itu, aku mundur ke sudut kandang dan menunggu.

ImageAku mendengar langkah seorang wanita menghampiriku di akhir hari itu dan aku mengikutinya sepanjang gang menuju sebuah ruangan. Ruangan yang sepi dan menyenangkan. Dia menempatkanku ke atas sebuah meja, menggosok telingaku dan memberitahuku untuk tidak khawatir. Jantungku berdetak penuh antisipasi akan apa yang akan terjadi, tapi aku juga merasakan kelegaan. “Tawanan cinta” telah kehabisan waktu. Berhubung ini adalah hal alami bagi kaumku, aku lebih mengkhawatirkan perasaan wanita ini. Beban yang dia pikul begitu berat dan aku mengetahuinya, sama seperti aku tahu setiap suasana hatimu.

ImageDengan lembut dia memasang alat di kaki-kakiku saat air mata mengalir di pipinya. Aku menjilati tangannya, seperti yang aku lakukan saat menghiburmu beberapa tahun yang lalu. Dia menyuntikkan jarum suntik ke dalam nadiku. Saat aku merasakan jarum suntik menusukku dan cairan dingin mulai mengaliri tubuhku, aku berbaring dengan lemah, menatap matanya dan berbisik “Mengapa engkau melakukannya?”

ImageSeakan dia mengerti bahasaku, dia berkata “Maafkan aku.” Dia memelukku dan dengan cepat berkata bahwa itu sudah menjadi tugasnya untuk memastikan aku mendapatkan tempat yang lebih baik, di mana aku tidak akan diabaikan atau disakiti atau ditelantarkan, atau aku harus berjuang sendirian – sebuah tempat penuh kasih sayang dan cahaya terang yang sangat berbeda dari dunia yang fana ini. Dengan kekuatan terakhirku, aku mencoba menyampaikan kepadanya dengan menggoyangkan ekorku, bahwa pertanyaan “Mengapa engkau melakukannya” yang aku ajukan bukanlah ditujukan kepadanya. Pertanyaan itu adalah untukmu, majikanku tersayang, yang aku pikirkan. Aku akan memikirkanmu dan menunggumu selamanya.

dog 07

Semoga semua yang kau kenal tetap memberikan kesetiaan kepadamu di sepanjang hidupmu.

What NOT to Do with Your Dog (Free Indonesian Translation by Liung’s)

Judul asli: Human to Dog No-No’s: What NOT to do with your dog
url asli : http://www.dogbreedinfo.com/articles/humandognonos.htm

Sejak saya benar-benar mengerti tentang psikologi anjing, saya memperhatikan bagaimana manusia berinteraksi dengan anjing-anjing di sekitar mereka. Seringkali, komunikasi antara anjing dan manusia “tidak nyambung”. Menyadari bahwa orang biasanya tidak mau mendengar saran dari orang lain yang tidak mereka kenal, saya berharap tidak melihat mereka berinteraksi dengan anjing mereka sebab berat bagi saya untuk melihat tapi tidak bisa membantu. Saya memutuskan untuk menuliskan apa yang saya lihat dengan harapan dapat membantu mereka mengerti bagaimana berkomunikasi dengan anjing mereka. Daftar ini akan ditambahkan sewaktu-waktu.

  1. Anjing Anda berlari ke jalanan. Anda keluar dari rumah, berhenti di depan pintu dan mulai berteriak-teriak kepada anjing Anda dengan penuh emosi. Anjing Anda mengabaikan Anda. Anjing tidak mendengarkan makhluk tidak stabil. Ketika seekor anjing ingin memberitahukan sesuatu kepada anjing lain, mereka tidak berteriak-teriak.
  2. Anjing Anda menggonggong ke arah Anda mengharap diberikan makanan yang sedang Anda makan. Anda memberikannya sepotong makanan. Dalam dunia anjing, ini sangat kurang ajar.   Anggota kelompok yang lebih rendah tidak akan pernah bermimpi dapat menggonggong kepada pemimpinnya yang sedang makan.
  3. Anjing Anda melihat anjing lain dan mulai menggongong. Anda mengatakan “No” dan mulai mengelus-elus kepala anjing Anda. Tindakan ini sebenarnya mengatakan: “Anjing pintar”. Ini membingungkan si anjing.
  4. Anjing Anda dengan tali kekang, menarik tali dengan kencang untuk mengendus2 ke mana pun dia mau saat Anda sedang berbicara dengan orang lain. Ini adalah perilaku yang buruk. Mengatur anjing Anda untuk menunggu dengan sabar akan memberikan anjing Anda tantangan mental, ini yang dibutuhkan semua anjing.
  5. Anda berniat mengoreksi anjing Anda dengan meneriakkan namanya berulang-ulang tanpa benar-benar memberikan bahasa tubuh secara langsung kepadanya. Anjing Anda tidak akan pernah tahu apa mau Anda. Ini akan sia-sia. Bila ingin berkomunikasi dengan anjing Anda, Anda harus “berbahasa” anjing, bukan berbahasa manusia.Dan satu hal yang penting, Anda memanggil “nama” anjing Anda hanya jika berhubungan dengan hal positif atau sesuatu yang baik.
  6. Anda memperbolehkan anjing kecil Anda menyambut tamu dengan meletakkan cakarnya pada kaki tamu Anda. Dalam dunia anjing, ini bukan cara terhormat untuk menyambut makhluk lain. Tidak peduli apakah anjing Anda seekor mini pinscher atau pun seekor great dane. Ketika anjing terus bersandar pada Anda, menempatkan kakinya pada Anda, atau menyentuh Anda dalam berbagai cara, ini bukan berarti dia menyayangi Anda. Dia sedang menunjukkan dominasinya pada Anda. Dalam dunia anjing, ruang gerak (space) adalah rasa hormat. Anjing yang terus mendorong dan bersandar pada Anda, tidak hanya berarti dia tidak menghormati Anda, tapi juga akan menjadi “alpha” (pemimpin kelompok).
  7. Anda mengoreksi anjing Anda lama setelah perbuatan itu dilakukan dan saat anjing Anda telah memikirkan hal lain. Itu akan membuat dia bingung karena dikoreksi atas perbuatannya saat itu (bukan perbuatan sebelumnya). Di saat Anda melakukan koreksi, anjing Anda akan berpikir sedang dikoreksi atas perbuatannya “saat itu”.
  8. Anda hanya “kadang-kadang” mengoreksi anjing Anda. Menggonggong, diperbolehkan. Menggonggong, namanya diteriaki. Tapi tidak pernah ada koreksi “sebenarnya”, tidak ada bahasa tubuh. Tidak ada konsistensi, tidak ada tindak lanjut, tidak ada komunikasi yang sebenarnya. Saat Anda tidak konsisten, anjing Anda akan mengerti bahwa “terkadang” hal itu diperbolehkan, dan semakin lama akan semakin sulit mengoreksi dia. Satu hal lagi, jangan gunakan nama anjing Anda pada saat Anda melakukan koreksi.
  9. Anjing Anda dengan tali kekang, berjalan sedikit di depan Anda. Anda berharap dia akan mengabaikan anjing lain pada saat dia “sedang memimpin”. Ini memberikan berbagai persepsi pada anjing Anda : kamu adalah pemimpin saya, tapi kamu harus mendengarkan apa yang saya katakan.
  10. Anda sedang berjalan dengan anjing Anda. Setiap Anda menghampiri pintu, pagar, atau apapun, anjing Anda lebih dulu mengendus2 terlebih dahulu. Mengendurkan tali kekang adalah tindakan yang salah. Anda harus membuat anjing Anda mundur dan membiarkan Anda yang memberikan sinyal kepadanya.
  11. Anda membuat anjing Anda menunggu sebelum Anda melangkah terlebih dahulu daripada anjing Anda pada saat keluar/masuk, tapi tidak pernah konsisten (memang anjing Anda berhenti, tapi dengan posisi tegang dengan moncong tetap di ambang pintu, menunjukkan bahwa dia tidak setuju dengan maksud Anda). Buat anjing Anda mundur dan santai sebelum Anda mengijinkan anjing Anda lewat.
  12. Anda mengangkat anjing Anda dan menggendongnya. Dia meronta dan Anda melepaskannya. Ini menunjukkan dominasi anjing Anda. Anjing yang menganggap Anda pemimpin, tidak akan memberontak ketika digendong atau diangkat.
  13. Anjing Anda menggonggongi anjing lain. Anda mengoreksinya dengan mengatakan “No”. Anjing Anda memalingkan kepalanya dari Anda. Anda memegang kepala anjing Anda untuk membuatnya melihat Anda, berpikir bahwa dia harus melihat Anda pada saat Anda berbicara kepadanya. Padahal sebenarnya anjing menghindari kontak mata berarti dia tidak ingin menantang Anda. Dalam dunia manusia, kontak mata pada saat berbicara adalah sikap hormat, tapi di dunia anjing kontak mata berarti menantang.
  14. Anda sedang membawa anjing mungil Anda, dia menggonggong dan menggeram kepada orang lain. Anda tertawa, memegang moncong anjing Anda dan mengatakan “stop” dengan tekanan suara yang netral. Sikap Anda (tertawa dan berbicara dengan nada netral) akan dianggap sebagai pujian oleh anjing Anda. Anjing Anda akan lebih keras menggonggong dan menggeram. Biasanya manusia berpikir gonggongan dan geraman dari anjing kecil adalah lucu dan tidak berbahaya.
  15. Anjing Anda sedang berada di pangkuan Anda, lalu dia menggonggong pada orang yang lewat. Anda mendekatkan dia ke tubuh Anda bermaksud untuk mendiamkan dia. Anda sebenarnya sedang “mengapresiasi” gonggongan dia dan mendorongnya untuk terus menggonggong.
  16. Anjing Anda sedang berada di pangkuan Anda, lalu menggonggong pada anjing lain. Anda mencoba mendiamkan dia dengan menutupi mata dia. Itu hanya akan meningkatkan perilaku dia (baik gembira maupun marah), karena anjing tidak perlu mata untuk mengetahui ada anjing lain. Mereka bisa merasakan, mencium baunya, dan mendengarnya.
  17. Anjing Anda sedang berada di pangkuan Anda, lalu dia menggonggong pada anak-anak yang lewat berlarian. Anda memeluk anjing Anda, sementara memukul moncongnya. “Kasih Sayang/Apresiasi” sambil “dihukum” ??
  18. Anjing Anda dalam keadaan bersemangat & dominan, menggonggong kepada orang & anjing lain yang lewat saat dia sedang berada di pangkuan Anda. Anda memeluknya, menciumnya, dan menggosok belakang telinganya sambil memberitahuan anjing Anda dengan bahasa manusia: “be good, ok?” atau “diam, sayang..”. Bahasa manusia tidak berarti apa-apa bagi anjing. Bentuk sayang Anda (memeluk dll) mengatakan bahwa Anda setuju dengan perilaku & perasaan dia saat itu, yaitu bersemangat & dominan adalah “good dog”.
  19. Anda menahan anjing Anda di bagian dada pada saat dia menggonggong, hanya membuat dia lebih tegang.
  20. Anda memegang moncong anjing Anda untuk membuatnya diam. Ini hanya membuat dia lebih tegang.
  21. Anjing Anda berada terlalu jauh dan Anda memanggilnya. Anjing Anda menundukkan kepalanya dan kembali kepada Anda. Ketika dia tiba, Anda memukul anjing anda dan berkata “Jangan ke sana!”. Anda sebenarnya mengatakan “Jangan kembali ke sini!”
  22. Anda sedang berjalan bersama anjing Anda, anjing lain datang dengan berlari-lari. Anjing Anda melompat dan meletakkan kaki depannya ingin meraih anjing lain sambil menggeram. Anda menenangkan anjing Anda dengan menepuk-nepuknya dan berkata “It’s OK, tidak apa-apa”. Anda sebenarnya mengatakan bahwa berperilaku demikian adalah baik. Anjing Anda kemungkinan besar akan menjadi anjing yang agresif.
  23. Seringkali kita mencoba memenangkan anjing yang agresif dengan memberikan pujian dan kasih sayang. Kalau seseorang berkata manis kepada anjing yang sedang dalam keadaan agresif atau difensif, itu sama saja mengatakan “good dog, saya setuju dengan perasaan & perilaku kamu”. Makanan hanya boleh diberikan pada saat anjing dalam keadaan perilaku baik. Ingat, bagi seekor anjing, saat anda memberikan hadiah (mengelusnya, memberikan makanan/snack), berarti pada saat itulah Anda setuju dengan perilaku anjing Anda.
  24. Anda sedang berjalan-jalan dengan keluarga Anda, dengan anak-anak, dan mengijinkan anjing anda berjalan di depan anak Anda (baik saat berjalan kaki maupun menggunakan stroller). Ini berarti menempatkan anjing Anda berada di atas anak Anda dalam hirarki kelompok.
  25. Contoh dari kesalah-kaprahan: Anjing sedang terluka dan akan dibiarkan sendiri sejenak. Ketika pemilik datang anjing tersebut mulai bersemangat, tapi pemilik tersebut memasukkan anjing tersebut ke dalam kandang untuk mencegah cidera lebih jauh. Tamu Anda bertanya apakah anjing Anda akan merasa dihukum. Sama sekali tidak, karena tidak ada yang berteriak. Anjing tidak akan merasa sedih atau menyesal, dan tidak akan merasa dihukum. Dia hanya berada di dalam kandang. Tapi kalau ada manusia yang merasa kasihan melihat anjing tersebut di dalam kandang, anjing tersebut akan menangkap perasaan yang lemah tersebut, dan kemungkinan akan menghubungkan kandang dengan sesuatu yang negatif.
  26. Contoh dari kesalah-kaprahan: Anjing sedang terluka. Seseorang melihat anjing lain berbaring dekat kandang anjing yang terluka tersebut, dan berkata bahwa anjing kedua kelihatan khawatir dengan anjing yang terluka tersebut. Dalam kenyataan dunia anjing, anjing kedua hanyalah letih dan ingin tidur. Orang yang menganggap anjing tersebut khawatir, merasa kasihan, dan akan “terlihat” lemah oleh kedua anjing tersebut.
  27. Di sebuah klinik hewan, di dalam ruang tunggu ada seekor anak anjing Great Dane berumur 12 minggu, sangat lucu dengan cakar besar dan telinga yang lebar, melompat-lompat ke pemiliknya saat mereka sedang duduk, dan kemudian mendapatkan kasih sayang (elusan dsb). Anak anjing ini tidak sedang diajari untuk bersikap hormat. Ketika anjing ini tumbuh dewasa, pemiliknya akan kesulitan mengajari anjing ini.
  28. Seorang wanita sedang mengunjungi temannya. Temannya memiliki German Sheperd (herder) berusia setahun. Ketika tiba, anjing tersebut melompat kepadanya. Pemiliknya menyuruh anjing itu tenang. Kemudian anjing tersebut melompat kepadanya dari belakang, dan sekali lagi pemiliknya menyuruh anjing itu tenang. Beberapa menit kemudian anjing tersebut melompat lagi untuk yang ketiga kalinya, dan menggigit lengannya. Pemiliknya menghubungi tempat pelatihan anjing yang terkenal. Pelatih anjing menyuruh pemilik tersebut untuk mengunci anjing tersebut di kandang selama sisa hari, supaya si anjing mengetahui kalau dia berperilaku demikian, dia akan dikunci di kandang. Itu adalah saran yang salah. Anjing hidup hanya pada saat ini. Dia sudah tidak ingat lagi tentang wanita yang dia ganggu & gigit. Menguncinya seharian di kandang untuk membuatnya memikirkan apa yang telah dia lakukan hari itu, dan berharap dia memperbaiki perilakunya, sangatlah menyimpang dari cara berpikir anjing. Pelatih anjing seperti ini mungkin bagus dalam melatih anjing melakukan trik, tapi mereka tidak akan pernah bisa memperbaiki perilaku anjing dengan pengetahuan yang minim mengenai perilaku alami anjing. Pemilik anjing tersebut perlu menghubungi pawang anjing, bukan pelatih anjing.
  29. Ketika sedang berjalan-jalan saya sering melihat pemilik anjing berusaha mengajari anjing mereka untuk mengabaikan anjing saya dengan berhenti dan “mengunci” anjing mereka di sudut. Beberapa pemilik anjing terus-menerus meletakkan makanan di depan anjing mereka sambil menyuruh “diam”, beberapa pemilik lain menggunakan “koreksi” untuk membuat anjing mereka diam. Apa yang mereka sebenarnya ajarkan adalah: melewati anjing lain adalah “peristiwa besar”. Yang seharusnya Anda lakukan adalah melewati anjing lain “bukanlah hal besar” dan tetap berjalan. Anda mau memberikan makanan sebagai “pengalih”, atau cara apapun, pastikan untuk terus bergerak. Berhenti dan menganggap itu adalah “hal besar/penting”, akan menciptakan “antisipasi” (waspada). Cara itu hanya akan mengajarkan anjing Anda bahwa anjing lain adalah hal yang perlu diwaspadai. Ketika Anda terus berjalan, Anda mengalihkan perhatian anjing Anda kepada hal lain.
  30. Ketika Anda pulang dari berpergian jauh atau lama, jangan melakukan “happy dance” dengan anjing Anda. Seekor anjing tidak melihat sesuatu sebagaimana kita melihat. Bagi kita, itu adalah “happy dance”. Bagi anjing, itu adalah perilaku “heboh/gembira”, di mana mereka melihat salah satu pengikutnya “mendorong” mereka untuk menjadi pemimpin. Anjing melompat ke seluruh anggota kelompok yang memberikan energi lemah, jadi bila anjing Anda melompat kepada Anda, itu berarti Anda berada di posisi yang lemah. Anda membungkuk dan memuji anjing tersebut, membuatnya menjadi dominan. Tarian adalah bagi manusia, sesuatu yang disukai manusia. Ini bukanlah sesuatu yang dibutuhkan atau didambakan oleh seekor anjing.

“Baca yang Keras ya Pa…”

Semuanya itu disadari John pada saat dia termenung seorang diri, menatap kosong keluar jendela rumahnya. Dengan susah payah ia mencoba untuk memikirkan mengenai pekerjaannya yang menumpuk. Semuanya sia-sia belaka. Yang ada dalam pikirannya hanyalah perkataan anaknya Magy di suatu sore sekitar 3 minggu yang lalu.

Malam itu, 3 minggu yang lalu John membawa pekerjaannya pulang. Ada rapat umum yang sangat penting besok pagi dengan para pemegang saham. Pada saat John memeriksa pekerjaannya, Magy putrinya yang baru berusia 2 tahun datang menghampiri, sambil membawa buku ceritanya yang masih baru. Buku baru bersampul hijau dengan gambar peri. Dia berkata dengan suara manjanya, “Papa lihat !”

John menengok kearahnya dan berkata, ” Wah, buku baru ya ?”

“Ya Papa!” katanya berseri-seri, “Bacain dong !”

“Wah, Ayah sedang sibuk sekali, jangan sekarang deh”, kata John dengan cepat sambil mengalihkan perhatiannya pada tumpukankertas di depan hidungnya.

Magy hanya berdiri terpaku disamping John sambil memperhatikan. Lalu dengan suaranya yang lembut dan sedikit dibuat-buat mulai merayu kembali: “Tapi mama bilang Papa akan membacakannya untuk Magy”.

Dengan perasaan agak kesal John menjawab: “Magy dengar, Papa sangat sibuk. Minta saja Mama untuk membacakannya.”

“Tapi Mama lebih sibuk daripada Papa, ” katanya sendu. “Lihat Papa, gambarnya bagus dan lucu.”

“Lain kali Magy, sana! Papa sedang banyak kerjaan.” John berusaha untuk tidak memperhatikan Magy lagi.

Waktu berlalu, Magy masih berdiri kaku disebelah Ayahnya sambil memegang erat bukunya.

Lama sekali John mengacuhkan anaknya. Tiba-tiba Magy mulai lagi: “Tapi Papa, gambarnya bagus sekali dan ceritanya pasti bagus! Papa pasti akan suka.”

“Magy, sekali lagi Ayah bilang: Lain kali!” dengan agak keras John membentak anaknya.

Hampir menangis Magy mulai menjauh, “Iya deh, lain kali ya Papa, lain kali.”

Tapi Magy kemudian mendekati Ayahnya sambil menyentuh lembut tangannya, menaruh bukunya di pangkuan sang Ayah sambil berkata : ” Kapan saja Papa ada waktu ya, Papa tidak usah baca untuk Magy, baca saja untuk Papa. Tapi kalau Papa bisa, bacanya yang keras ya, supaya Magy juga bisa ikut dengar.” John hanya diam.

Kejadian 3 minggu yang lalu itulah sekarang yang ada dalam pikiran John.

John teringatakan Magy yang dengan penuh pengertian mengalah. Magy yang baru berusia 2 tahun meletakkan tangannya yang mungil di atas tangannya yang kasar mengatakan: “Tapi kalau bisa bacanya yang keras ya Pa, supaya Magy bisa ikut dengar.”

Dan karena itulah John mulai membuka buku cerita yang diambilnya, dari tumpukan mainan Magy di pojok ruangan. Bukunya sudah tidak terlalu baru, sampulnya sudah mulai usang dan koyak. John mulai membuka halaman pertama dan dengan suara parau mulai membacanya. John sudah melupakan pekerjaannya yang dulunya amat sangat penting. Ia bahkan lupa akan kemarahan dan kebenciannya terhadap pemuda mabuk yang dengan kencangnya menghantam tubuh putrinya di jalan depan rumah. John terus membaca halaman demi halaman sekeras mungkin, cukup keras bagi Magy untuk dapat mendengar dari tempat peristirahatannya yang terakhir. Mungkin…

” Lakukan sesuatu untuk seseorang yang anda kasihi sebelum terlambat, karena sesal kemudian tidak akan ada gunanya lagi…. Lakukan sesuatu yang manis untuk orang-orang yang kamu kasihi dengan waktuyang anda punya…….”

Jangan Hanya Melihat dengan Mata

Dua malaikat yang sedang melakukan perjalanan ke luar kota, singgah pada rumah seorang yang kaya raya. Keluarga tersebut kasar dan tidak mengijinkan kedua malaikat tersebut tidur di dalam rumah besar mereka. Sebagai gantinya, mereka menyuruh kedua malaikat tersebut tinggal di gudang bawah tanah mereka yang dingin, kotor, tanpa pemanas.

Ketika sedang menyiapkan tempat tidur mereka, malaikat yang lebih tua melihat sebuah lubang di dinding, dan lalu memperbaikinya. Ketika malaikat yang lebih muda bertanya,malaikat yang tua itu menjawab: “Tidak semua hal itu sebagaimana tampaknya.”

Malam berikutnya, kedua malaikat tersebut menginap di sebuah keluarga petaniyang miskin, tetapi sangat ramah. Setelah berbagi makanan yang serba sedikit, pasangan petani tersebut mempersilahkan kedua malaikat tersebut tidur di tempat tidur mereka, sedangkan mereka sendiri tidur di lantai.

Ketika matahari muncul di ufuk timur keesokan paginya, mereka menemukan pasangan petani tersebut sedang menangis sedih. Ternyata, sapi yang merupakan satu-satunya sumber penghidupan mereka, yang memberikan susu setiap pagi, tergeletak mati di pinggir ladang mereka.

Malaikat muda menjadi marah dan mencaci maki malaikat tua, katanya: “Mengapa engkau tega melakukan semua ini kepada mereka? Mengapa engkau membiarkan semua ini terjadi? Kemarin kita mendapat kesempatan untuk menginap di rumah seorang kaya raya. Kita dibiarkan tidur di gudang yang kotor dan dingin, tetapi kamu masih membantu mereka dengan memperbaiki dindingnya yang bolong. Malam ini kita menginap di rumah seorang petani miskin yang begitu ramah dan mau berbagi, tetapi apa yang kamu lakukan? Kamu biarkan sapi yang merupakan satu-satunya sumber hidup, mati.Maumu apa, sih? ”

Malaikat tua menjawab singkat: “Tidak semua hal itu sebagaimana tampaknya.” Ketika malaikat muda mendesak untuk menjelaskan, malaikat tua berkata: “Waktu kita menginap di tempat orang kaya kemarin, aku melihat sebuah lubang di dinding. Di dalamnya ada kepingan emas. Tetapi karena orang kaya tersebut sangat tamak, tidak mau berbagi, dan tidak bisa ramah kepada orang lain, maka dinding tersebut kututup. Biar mereka tidak tahu dan tidak dapat mengambil emas tersebut. Lalu malam ini, ketika kita tidur di ranjang Pak Tani, dan mereka mengalah tidur di lantai, malaikat maut datang hendak mengambil isteri petani itu. Tetapi aku belokkan dan sebagai gantinya, malaikat maut itu mengambil sapi Pak Tani.

Tidak semua hal itu seperti bagaimana tampaknya. Terkadang kejadian di sekitar kita juga begitu. Jika kamu memiliki iman, kamu harus percaya bahwa semua hal merupakan keberuntunganmu, meskipun mungkin kita tidak menyadarinya. Orang yang datang dan pergi begitu saja dalam kehidupan kita, ada yang menjadi teman, dan ada pula yang tinggal hanya sekejap, tetap meninggalkan kenangan manis dalam kehidupan dan hati kita. Dan kita tidak pernah menjadi sama, karena kita telah berteman dengan banyak orang”

Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya.

Dua malaikat yang sedang melakukan perjalanan ke luar kota, singgah pada rumah seorang yang kaya raya. Keluarga tersebut kasar dan tidak mengijinkan kedua malaikat tersebut tidur di dalam rumah besar mereka. Sebagai gantinya, mereka menyuruh kedua malaikat tersebut tinggal di gudang bawah tanah mereka yang dingin, kotor, tanpa pemanas.

Ketika sedang menyiapkan tempat tidur mereka, malaikat yang lebih tua melihat sebuah lubang di dinding, dan lalu memperbaikinya. Ketika malaikat yang lebih muda bertanya,malaikat yang tua itu menjawab: “Tidak semua hal itu sebagaimana tampaknya.”

Malam berikutnya, kedua malaikat tersebut menginap di sebuah keluarga petaniyang miskin, tetapi sangat ramah. Setelah berbagi makanan yang serba sedikit, pasangan petani tersebut mempersilahkan kedua malaikat tersebut tidur di tempat tidur mereka, sedangkan mereka sendiri tidur di lantai.

Ketika matahari muncul di ufuk timur keesokan paginya, mereka menemukan pasangan petani tersebut sedang menangis sedih. Ternyata, sapi yang merupakan satu-satunya sumber penghidupan mereka, yang memberikan susu setiap pagi, tergeletak mati di pinggir ladang mereka.

Malaikat muda menjadi marah dan mencaci maki malaikat tua, katanya: “Mengapa engkau tega melakukan semua ini kepada mereka? Mengapa engkau membiarkan semua ini terjadi? Kemarin kita mendapat kesempatan untuk menginap di rumah seorang kaya raya. Kita dibiarkan tidur di gudang yang kotor dan dingin, tetapi kamu masih membantu mereka dengan memperbaiki dindingnya yang bolong. Malam ini kita menginap di rumah seorang petani miskin yang begitu ramah dan mau berbagi, tetapi apa yang kamu lakukan? Kamu biarkan sapi yang merupakan satu-satunya sumber hidup, mati.Maumu apa, sih? ”

Malaikat tua menjawab singkat: “Tidak semua hal itu sebagaimana tampaknya.” Ketika malaikat muda mendesak untuk menjelaskan, malaikat tua berkata: “Waktu kita menginap di tempat orang kaya kemarin, aku melihat sebuah lubang di dinding. Di dalamnya ada kepingan emas. Tetapi karena orang kaya tersebut sangat tamak, tidak mau berbagi, dan tidak bisa ramah kepada orang lain, maka dinding tersebut kututup. Biar mereka tidak tahu dan tidak dapat mengambil emas tersebut. Lalu malam ini, ketika kita tidur di ranjang Pak Tani, dan mereka mengalah tidur di lantai, malaikat maut datang hendak mengambil isteri petani itu. Tetapi aku belokkan dan sebagai gantinya, malaikat maut itu mengambil sapi Pak Tani.

Tidak semua hal itu seperti bagaimana tampaknya. Terkadang kejadian di sekitar kita juga begitu. Jika kamu memiliki iman, kamu harus percaya bahwa semua hal merupakan keberuntunganmu, meskipun mungkin kita tidak menyadarinya. Orang yang datang dan pergi begitu saja dalam kehidupan kita, ada yang menjadi teman, dan ada pula yang tinggal hanya sekejap, tetap meninggalkan kenangan manis dalam kehidupan dan hati kita. Dan kita tidak pernah menjadi sama, karena kita telah berteman dengan banyak orang”

Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya.

Bedanya Kutub Utara dan Kutub Selatan

Sebagian di antara Anda pasti sudah tahu bahwa penguin hanya ditemukan di Kutub Selatan. Jangan harap bertemu burung yang kelihatan imut-imut itu di kutub utara.

Meski serupa, sama-sama daratan di ujung planet Bumi yang didominasi es, kutub utara dan kutub selatan menyimpan banyak perbedaan. Penguin hanya salah satu contoh perbedaan saja.

Wilayah es Arktik di kutub utara pada dasarnya merupakan lautan beku yang dikelilingi daratan yang sering disebut lingkaran Arktik (Arctic Circle). Sebaliknya, Antartika di kutub selatan adalah daratan benua dengan wilayah pegunungan dan danau berselimut es yang dikelilingi lautan.

Benua Antartika mengandung hampir 90 persen es di seluruh dunia. Jika dicairkan, seluruh es Antartika cukup untuk memenuhi tiga perempat kebutuhan air minum di seluruh dunia. Maka jangan heran kalau Pangeran Mohammed Al Faisal dari Saudi Arabia pernah berencana mengangkut 100 juta ton es dari Antartika ke negaranya.

Benua Antartika jauh lebih dingin daripada Arktik sehingga bahkan terdapat lapisan es di sana yang tidak pernah meleleh sepanjang sejarah. Temperatur rata-ratanya -49 derajat Celcius. Suhu terdingin pernah tercatat pada 21 Juli 1983 sebesar -89,6 derajat Celcius di Stasiun Vostok, dekat kutub geomagnetik selatan. Sementara Arktik memiliki temperatur rata-rata lebih tinggi sekitar -34 derajat Celcius.

Karena suhu yang lebih hangat ini, terbentuknya lubang ozon di atas  kutub utara tidak separah kutub selatan. Sebab, suhu yang lebih hangat menyebabkan pembentukan awan stratosfer yang merusak lapisan ozon lebih sedikit. Meski demikian, lapisan stratosfer di atas kutub utara mengalami pendinginan dari tahun ke tahun sehingga lubang ozon semakin besar. Mungkin tak akan sebasar lubang ozon di Antartika yang mencapai luas benua Eropa.

Daratan es yang didominasi lapisan es tipis di Arktik lebih mudah retak saat musim panas tiba. Bahkan, laporan terakhir menyebutkan, retakan es telah melanda seluruh bagian Arktik saat tiba musim panas. Di Antartika retakan lapisan es melanda wilayah-wilayah tepian saja namun sekali lepas, pulau es yang mengapung bisa berlayar dari Antartika sampai ke Selandia Baru.

Sampai saat ini, wilayah Kutub Utara masih menjadi rebutan di antara negara-negara adikuasa. Russia sudah buru-buru mengklaim kekuasaannya di kutub utara dengan menancapkan bendera di dasar perairannya tahun lalu. Russia sudah menyipakan pengeboran gas di Lomonosov Ridge, barisan pegunungan bawah laut pada kedalaman 1920 meter untuk memperoleh 10 miliar ton gas.

Tetapi, AS juga tak mau kalah dengan mengirim kapal pemecah es Coast Guard untuk memetakan kembali batas wilayahnya di Alaska sebelum lapisan es di sana terus menyusut karena pemanasan global.  Badan Survei Geologi AS memperkirakan terdapat kandungan minyak di bawah Arktik sampai seperempat kandungan minyak dunia.

Meski Kutub Selatan diperkirakan juga menyimpan minyak terutama di sekitar Laut Ross, kemungkinan ditambang saat ini sangat kecil. Antartika telah mendapat perlindungan sesuai Traktat Antartika yang melarang siapapun melakukan segala bentuk eksplorasi minyak dan menjadikan Antartika kawasan damai serta riset bersama.

Sepanjang sejarah, Antartika memang tidak pernah dikuasai siapapun dan tidak ada penduduk asli di sana. Kontras sekali dengan wilayah lingkaran Arktik yang terdapat beberapa kota berpenduduk seperti Barrow di Alaska, Tromso, Norwegia, serta Muramansk dan Salekhaard, Russia. Di kutub utaralah orang-orang Eskimo bermukim.

Selain itu juga, hanya di Arktik saja beruang kutub bisa ditemukan secara alami. Mungkin ini juga alasan paling kuat mengapa penguin yang hanya ditemukan di kutub selatan tidak pernah menggunakan sayapnya untuk terbang. Hidup di wilayah kekuasaan masing-masing, penguin dan beruang kutub sama-sama makan ikan dan menempati puncak rantai makanan.

Sumber : www.kompas.com, 21 Januari 2008